MELY AMELYA
KARYA MELY AMELYA
1. Di medanmu, aku terhempas
Rupanya kau menjelma menjadi medan magnet
yang sangat kuat
Dan aku hanya menjadi sepotong logam penuh
luka menggigil kedinginan dalam lautan udara
Partikel kekuatanku lama-lama makin terkikis
habis,,,dan ketika gaya magnetmu mencoba menarik tubuhku
Terkadang luka itu makin hebat menerjang
Lalu ingin rasanya aku menyerah dan enyah
dari cengkeramanmu
Tapi ketika aku akan pergi,,,luka-luka lain
pun lahir dengan sendirinya
Membuat likuan tajam pada jalan yang ada
Dan akupun tak tau harus apa
Pergi atau tetap bertahan
Sudahlah,,,jangan kau paksa aku untuk tetap
meruang dalam medanmu
Atau menyinggahi tiap orbitalmu
Bukankah dengan perginya aku,,kau akan lebih
menikmati waktu paruhmu
@Karyasurga
2. Jingga
Seserpih suara yang datang membisikiku, lewat
angin yang mati
seakan membuatnya tak pernah kembali
Memekat..,lalu memudar pada satu cahaya
Tuhan,,adakah ia menyadari
sadar aku di sini yang menanti
Di buraman lapisan-lapisan malam
Ingin ku menembusnya, lalu membisikkan nafas
pudarku
tentang sekelumit jingga pada telinga-telinga
bintang tak berpijar
yang lalu dinyanyikan pada raganya
Bahwa aku terlalu mengurainya dalam lukisan
pendar cinta
Dan jika kian malam
aku di sini kian tenggelam
Merapuh jiwaku dipudarkan sang waktu, yang
menari indah di ketiadaanku
Dan jika gelap merayap, ingin kuucap sepatah
kata saja
Bahwa aku terlalu menunggunya
Aku terlalu mencintainya
@Karyasurga
3. Elegi di dadaku
Saat air mata menenggelamkan aku lagi dalam
selimut berserat pilu
Hanya terhenyak saja aku pada teduhnya
dinding angkuhmu
Menempatkan aku dlm lorong-lorong dingin
ruanganmu
Tanpa memberikan aku ruang untuk bergerak dan
bernafas
Beku sudah tulang-tulangku, rapuh sudah
sendi-sendiku
Dan bahkan pintumu sudah kau kunci dalam
kemegahan usang yang tak boleh kusinggahi
Atau halamanmu telah kau tumbuhi bunga warna
warni dan menghabiskan pijakan untuk langkahku
Bahkan kau tak mengerti saat aku terluka
Kau tak tau saat perih ini bertahta
Jika saja mimpi itu hanya goresan kecil
tentang kebahagiaan
Lebih baik aku tak pnh bermimpi sama sekali
Karena saat aku terbangun, sisa mimpi itu
masih menghimpit begitu nyeri
Dan jika impian Impian itu hanya dongeng
sebelum aku menyentuh negeri patamorgana
Lebih baik aku tak pernah menyimpannya
sebagai harapan
Sebagai harapan yg terlaLu dalam
Karena saat aku terhanyut dalam kenyataan,
ada pedih yang begitu nyata tercipta dalam deburan perasaan
Hentikan saja langkah ini jika kau mau
Hancurkan saja satu per satu harapan itu
Biar kau puas melihatku, biar kau tertawa
mnyaksikan air mataku
Atau kau patahkan saja sayap rapuhku
Agar aku tak bisa lg berdiri, tak bisa lagi
bermimpi
Aku hanyalah segenggam kelemahan
Yang mencoba tegar dalam kerapuhan
Aku hanyalah pemimpi
Dengan mimpi-mimpinya yang terlalu tinggi
@Karyasurga
4. Menari dalam hampa
Saat jiwa ini kau genggam dengan lembut
dan jemarimu menghapus segala peluh dari
kelelahanku tanpa henti
hingga tetesannya nyaris berhenti
membangunkan lagi separuh diriku yang nyaris
mati
lalu perlahan aku mulai menemukan serpihan
diri
merangkainya kembali, meski sudah tak
sempurna lagi
Dalam nyanyianmu, rindu itu menyala-nyala
entah kau dengar atau tidak, sampai aku tak
sanggup bersuara
dalam tarianmu, cinta itu terlalu sempurna
entah kau tau atau tidak, hingga aku tak
mampu lagi menggambarkannya
Tapi
tiba-tiba aku dipaksa masuk ke dalam galaksimu
Dimana terdapat ruang-ruang kosong yang hampa
yang harus kusinggahi satu per satu
Tanpa kau genggam jemariku
Dan perlahan aku mencari pintu-pintu keluar
yang ada dan berdiri
Karena aku tak sanggup lagi, berjalan tanpa
ada kau di sisi
Ingin kubuang mimpi ini
Ingin kukubur rasa ini
Tapi seakan energimu lebih kuat, menarikku
dalam pusaranmu
Memaksaku untuk tidak pergi
Tapi malah menempatkanku pada rongga tanpa
nyawa
Bagiku itu sungguh suatu derita
Yang mendera begitu hebatnya
Karena rangkaian mimpi itu harus musnah
Begitu saja
Lalu mengapa kau biarkan aku begitu menggigil
dalam dinginnya impian?
Lalu mengapa kau biarkan aku berpijak pada
hampa?
Dan membiarkan buta dalam balutan harapan
yang sia-sia?
Mengapa tak kau bangunkan aku dari tidur
panjang ini?
Dari ketidaksadaranku ini?
@Karyasurga
5. Seorang perempuan di dalam kamar
Ada yang tengah menyepi
Di kegelapan malam yang remuk redam
Saat semua buta oleh kabut tebal di daratan
mega
Menghapus semua permadani bumi menjadi lautan
biru
Di dalamnya ada sebongkah mutiara putih
Yang hancur diterjang hempasan angin
Ada yang tengah menanti
Menanti matinya deraian kabut
Yang merajai setiap detak nafas di dadanya
Merobek setiap nadi yang deras berlari
Menghentikan senua aliran darahnya
Membuat setiap inchi tubuhnya beku
Membiru..
Mematikan segala nyawa yang pernah ada
Ada yang tengah menangis
Tentang sebuah ketulusan
Yang tak pernah berbicara
Karena bahasanya membeku
Kata-katapun seakan mati
dan seluruh kalimat kehilangan raganya
Tak mampu mengungkap secercah ketulusan
Tak mampu mengatakan selaksa keikhlasan
Karena semua uraian huruf-huruf kehilangan
kuasanya
Ada yang tengah menjerit
Meneriakkan tentang segala gelora yang hidup
di jiwanya
Tentang sebuah hati
Yang luas seluas samudera
Yang dengan tulus, tetap pada cintanya
@Karyasurga
6. Kau dimana? Di Andromeda?
Ada percikan api saat langkahmu pergi
Deras dan membakar hati
Aku tak pernah mengerti
Saat semuanya kujaga dengan sayap malaikat
yang indah
Saat setiap inci kehadiranmu kuhiasi dengan
taburan ketulusan
Semuanya menepi karena lelah yang menyelimuti
Semua pergi karena kau dan aku tak lagi
bernyanyi
Dalam satu partitur indah bernama cinta
Disini, aku masih tak mengerti
Kenapa kurelakan angin membawamu pergi
Sedang aku disini hanya menanti
Hanya terpaku saat punggungmu terlelap
seperti senja
Merelakan setiap detak jantungmu yang masih
bisa kudengar lirih
Langkahmu yang kian tinggi
Menyadarkan aku dari mimpi-mimpi
Taburan bintang disana telahkau telusuri,
memetiknya dan kau sematkan dalam perjalanan di semesta-Nya
Sedang aku masih berada di bumi
Menggapaimu dengan jari-jariku
Dan hanya angin yang menggenggam hangat
tanganku
Kau Di mana???
Di Andromeda????
@Karyasurga
7. Penantian
Dalam ruang di batas dua dimensi
Adakah kau lihat, aliran jingga memekat,lalu
memekatkan jiwa-jiwa yang seakan mati
Dan kerlipan tipis bintang-bintang tak mampu
berpijar pula mendengar bisikkan-bisikkan cakrawala
Bumi terpijak lalu mengabur
Adakah kau dengar, aku rangkaikan cinta-cinta
jingga yang tak ku tahu arahnya
Adakah kau dengar, aku berbisik padanya di
sana, dan tak ku tahu di mana jiwanya
Adakah kau dengar, aku bernyanyi
untuknya..dalam dimensi-dimensi yang tak kusadari penghabisannya
Adakah kau dengar, aku menerawang jiwa yang
bernafas dalam khayalan mega
Adakah kau dengar, angin membawa sejuta air
mata
sepertiku yang kini menanti
Mentariku,,tak pernah kembali
@Karyasurga
8. Ijinkan aku…
Ijinkan aku untuk menjadikanmu rangkaian
kalimat dalam tulisanku
Menjabarkan tiap kesempurnaan yang kau punya,
lalu menjadikannya untaian kata-kata
Dan biarkan waktu yang akan membaca, sampai
sekuat mana kau akan tetap terjaga
Sampai mana kau akan tetap ada
Ijinkan pula aku memunguti kembali serpihan
kenangan,,yang sempat tercerai berai
Menyusunnya kembali, meski sudah tak utuh lagi
Lalu kujadikan lembaran-lembaran cerita yang
siap untuk disimak kembali
Ijinkan aku menjadikanmu bait-bait doa dalam
tiap sujudku
Menyelipkan namamu dalam tiap dzikir
panjangku
Menjadikanmu nyanyian harapan dalam tiap
shalawatku
Ijinkan aku menjadikanmu nada-nada yang
selalu menghiasi partiturku
Manjadikanmu kunci-kunci yang nantinya akan
menjadi irama dalam laguku
Menjadi syair yang nantinya kujadikan
bait-bait nyanyianku
Ijinkan aku tetap menjadikanmu lukisan
terindahNya
Ciptaan termegahNya, nyanyian termerduNya
Sungai terjernihNya, cahaya terterangNya
Ijinkan aku mengetuk pintumu, membuka kunci
yang sampai saat ini masih merapat
biarkan aku untuk singgah dalam ruanganmu,
menebarkan sedikit cahaya redup yang aku punya
Melengkapinya dengan sinarmu yang benderang
Membuatnya jadi satu pancaran
Ijinkan aku menjadikanmu pelangi, menjadi
tempat kumpulan warna warni
Menciptakan senyuman untuk lazuardi dan
menempatkanmu begitu tinggi
@Karyasurga
9. Puisi Bulan April
Ketika kerinduan meresap ke dalam lubuk-lubuk
kosong yang dalam
Tetesan air mata menembus ke dalam sukma
seperti sinar alfa
Yang lalu kehilangan energinya, lalu kembali
ada membentuk titik demi titik air mata lagi
Tak henti-hentinya, tak ada akhirnya
Terus menerus, menenggelamkan aku dalam lautan
kelelahan
Karena telah menyerah menantimu dalam jalan
panjang ini
Sedangkan langkahmu masih saja terhenti dan
tak akan pernah menghampiri
Halamanku apalagi pintuku
Biarkan perih ini meresap dalam ketegaran
yang tersisa
Bahkan mungkin hampir menghabisi kekuatan
dalam jiwa yang lelah
Sedang kau masih saja menyerah dalam diammu
yang terluka
Dan aku terus saja menanti, matamu akan
terbuka menatap dunia
Sungguh itu adalah doa, yang tak pernah habis
ku bawa dalam tiap langkah
@Karyasurga
10. Kepada tuan
Tiap langkah itu, menyiratkan kebutaan dalam
sinar mentari pagi
Entah kapan langkah ini bias mencapai langit
ketujuh
Menyandarkan pijakanku melepas lautan cinta
yang kukayuh
Tapi deburan ombak memaksamu mencari batu
karang yang kukuh
Lalu aku kau ikat dalam tubuh yang lusuh
Tawamu masih bias kudengar dengan lepas
Sedang tangisku tetap menggema tanpa batas
@Karyasurga
Komentar
Posting Komentar