PERIHAL HUJAN
Jhon Frisnayana
Margajaya, 6 September 2020
PERIHAL HUJAN
Perihal hujan
Selalu meninggalkan jejak pada setiap rintiknya
Bahkan jejak yang tak mudah tersapu meski ia telah reda
Bukan sekadar basah yang tersisa tetapi juga gigil yang melambungkan angan
Nyanyian hujan mengalun membawaku pada sebuah ilusi
Menarikku pada masa kecil penuh kenangan
Membenamkan kepalaku pada dekap ibu di masa silam
Masa yang penuh dengan keindahan
Masa yang mungkin tak akan pernah lagi berulang
Berkelabat pula bayangan
Di mana aku terdiam dalam kesendirian ditemani rintik hujan tak berkesudahan
Menantikan ibu, yang datang penuh kedamaian
Tatapku kosong, menatap tajam melalui celah kaca jendela
Ibu tak kunjung datang, dan hujan kian menderas
Sudut mataku meleleh kala itu,
Ibu, cepatlah pulang, ucapku lirih dalam isak
Semoga ibu selalu baik-baik saja, harapku.
Kini, hujan masih saja menjelma kerinduan
Rindu dekap hangat ibu yang penuh cinta
Rindu akan segela tentang ibu
Jarak dan waktu telah lama memisahkan kita
Kerinduan ini semakin menjadi
Namun, hanya semoga yang bisa kumunajatkan
Semoga Ibu dan juga Bapak selalu baik-baik saja di sana
Ridho dan restumu yang selalu kunanti pada setiap hela napan ini.
Ibu, aku baik-baik saja di sini
Meski air mataku tak sebanyak rintik hujan ini
Namun rinduku padamu tak kan pernah usai
Semoga setelah hujan reda ini, kita bisa saling memeluk
Ibu, semoga kebahagiaan selalu meliputimu
Bapak, betapa nasihat dan petuahmu tetap selalu kunantikan
Semoga kebahagiaan selalu meliputimu
Dan kelak, setelah hujan reda
Kita, akan bersama kembali, seperti dahulu.
Komentar
Posting Komentar