Kuningan di Mata Perantau

 


Kuningan di Mata Perantau

Kotabaru, 07-01-2021. Bagi perantauan, pulang kampung adalah hal yang sangat didambakan dan tentunya merupakan suatu kebahagiaan jika berkesempatan untuk pulang kampung. Meski sebetulnya pulang kampung tak melulu pulang ke kampung, bahkan bisa saja pulangnya bukan ke kampung melainkan ke kota, namun istilah pulang kampung sudah memasyarakat di kalangan perantau.

Mengintip perkembangan kota Kuningan (Kuningan Jawa Barat), dari kaca mata perantau. Banyak perkembangan dan perubahan yang terjadi di Kota Kuningan selama satu dasa warsa ini yang dapat diamati dari layar telepon genggam yang memuat berita-berita positif tentang Kota Kuningan tercinta ini. Hal ini membuat kami yang di rantau merasa rindu untuk pulang ke Kuningan.

Geliat pemuda pun tampak luar biasa, baik dari segi pariwisata maupun dari segi kuliner. Di antara geliat yang terdengar hingga ke ujung Borneo adalah Kopi Waja Kuningan yang dirintis oleh putra Kuningan (Kang Dhani) yang pernah sama-sama berjuang di SMAN 3 Kuningan belasan tahun yang lalu. Kopi Waja Kuningan, menurut saya merupakan brand kuliner yang sekaligus turut andil dalam mempromosikan pariwisata di Kabupaten Kuningan.


 

Masih perihal geliat pemuda yang terdengar dan membuat perantau ingin pulang adalah destinasi wisata Tenjo Laut yang dirintis oleh seorang pemuda Sidapurna, Berly Adifty Amadhan. Menyajikan konsep yang cukup menarik, khususnya bagi para pencinta, pegiat, dan penikmat alam. Berada di objek wisata Palutungan yang kini sudah semakin terkenal. Destinasi wisata Tenjo Laut yang memiliki view yang sangat indah, dilengkapi dengan fasilitas out bond yang lengkap, sungguh membuat kerinduan akan Kota Kuningan kian menjadi.

Dan tentunya masih banyak lagi kiprah pemuda Kuningan yang turut meningkatkan citra positif kabupaten Kuningan hingga terdengar ke seluruh pelosok negeri, yang tentunya tidak dapat disebutkan dalam ruang ini.

Bahkan yang tak kalah menarik adalah usaha pemerintah yang sangat luar biasa dalam menarik wisatawan untuk berkunjung ke Kota Kuningan. Antara lain yang santer terdengar hingga di ujung Borneo, adalah pembenahan taman kota yang memiliki konsep ramah anak dengan icon tugu 0 Kilo Meter. Meski masih banyak masyarakat Kuningan yang menyayangkan kerena ternyata tugu 0 Kilo Meter, tidak dibangun di titik 0 KM, melainkan di titik 0,17 KM. Namun menurut saya hal tersebut bukan sesuatu yang perlu dipermasalahkan.

Sebagai masyarakat tentu perlu mengapresiasi usaha Pemerintah Daerah untuk membawa kota Kuningan semakin maju. Semakin maju pariwisata di suatu daerah tentu akan menambah geliat ekonomi di daerah tersebut. Sebab dengan banyaknya wisatawan yang datang ke Kuningan akan membuka peluang usaha bagi masyarakat sekitar, seperti usaha perhotelan, kuliner, pengrajin cindera mata, transfortasi, dan lain-lain.

Harapan kami dari para perantau terhadap kota Kuningan khususnya di masa pandemi ini, kiranya kami dapat menerima informasi seluas-luasnya mengenai kebijakan pemerintah dalam menyikapi pencegahan dan usaha memutus rantai penyebaran covid 19 di Kabupaten Kuningan. Seperti persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh wisatawan luar daerah yang akan masuk ke Kabupaten Kuningan juga yang harus dipenuhi oleh para perantau asal Kuningan yang ingin pulang ke Kuningan.

 

Jhon Frisnayana

Keturunan Kuningan yang dilahirkan di Sumatera Barat dan saat ini merantau di Kabupaten Kotabaru, Propinsi kalimantan Selatan.

 


Komentar

Postingan Populer